BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sanitasi
yang memadai merupakan dasar dari pembangunan. Namun, fasilitas sanitasi jauh
di bawah kebutuhan penduduk yang terus meningkat jumlahnya. Akibatnya, muncul
berbagai jenis penyakit yang salah satu diantaranya adalah penyakit diare. Di
dunia, penyakit tersebut telah menimbulkan kematian sekitar 2,2 juta anak per
tahun dan menghabiskan banyak dana untuk mengatasinya (UNICEF, 1997). Minimnya
sanitasi lingkungan seperti penanganan sampah, air limbah, tinja, saluran pembuangan,
dan kesehatan masyarakat, telah menyebabkan terus tingginya kematian bayi dan
anak oleh penyakit diare dan berperan penting dalam mengundang munculnya
berbagai vektor pembawa penyakit.
Penanganan
sanitasi lingkungan oleh pemerintah sampai saat ini masih menghadapi banyak
kendala. Jumlah fasilitas yang ada tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk.
Selain itu, masyarakat di banyak wilayah masih mempraktekkan perilaku hidup
yang tidak sehat, seperti buang air besar di kebun atau di sungai yang airnya
kotor, mencuci di sungai yang airnya kotor, membuang sampah sembarangan dan
lain-lain. Karena itu, kalian diharapkan tidak meniru perilaku tersebut dan
mampu mengajak rekan dan orang-orang di sekitar untuk mempraktekkan hidup sehat
dengan menciptakan sanitasi lingkungan yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang dapat diambil adalah :
a. Bagaimana
pembangunan rumah sehat dalam peningkatan sanitasi lingkungan? Mengapa hal ini
diperlukan!
b. Bagaimana
upaya-upaya yang diperlukan dalam menciptakan sanitasi lingkungan yang baik?
c. Bagaimana
pencegahan dan penanggulangan hewan endemik sebagai faktor penyebab terjadinya penyakit endemik dalam sanitasi
lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dai penulisan makalah ini yaitu :
- Mengetahui pembangunan rumah sehat dalam peningkatan sanitasi lingkungan yang berdampak langsung dengan kehidupan manusia.
- Memperoleh pemahaman mengenai upaya-upaya yang dapat menciptakan sanitasi lingkungan menjadi baik yang berpengaruh dalam aktivitas manusia.
- Mengetahui pencegahan dan penanggulangan hewan endemik sebagai faktor penyebab terjadinya penyakit endemik sebagai upaya sanitasi lingkungan dalam menjaga kesehatan tubuh manusia.
1.4 Manfaat
Adapun
manfaat penulisan dari makalah ini bermaksud untuk memberikan pengetahuan
tentang konsep sanitasi lingkungan sebagai upaya peningkatan lingkungan menjadi
lebih baik dengan pembangunan rumah sehat, upaya penciptaan sanitasi yang baik
dan pencegahan dan penanggulangan penyebab penyakit endemik sehingga pembaca
dan penulis dapat memahami pentingnya upaya pemeliharaan sanitasi lingkungan
yang baik.
<>
BAB II
LANDASAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sanitasi
Lingkungan
Artinya :
77. Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan. (Q.S.
Al-Qashas : 77)
Maksud
dari qur’an surah diatas bahwa sanitasi lingkungan itu penting karena
lingkungan alam merupakan nikmat yang diberikan Allah SWT dan manusia sebagai
hamba harus menjadi tetap menjaga dan memeliharanya berupa dengan sanitasi yang
baik karena Allah SWT menyukai perbuatan hal itu.
Pengertian
sanitasi adalah sesuatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit
menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan
usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap
berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Azwar,1990).
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya
(Notoadmojo, 2003). Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan
yang ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan
yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut
mencakup: (1) pasokan air yang bersih dan aman; (2) pembuangan limbah dari
hewan, manusia dan industri yang efisien; (3) perlindungan makanan dari
kontaminasi biologis dan kimia;(4) udara yang bersih dan aman (5) rumah yang
bersih dan aman.
Dari
definisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi
persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk
dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka kesejahteraannya juga akan
berkurang. Karena itu, upaya sanitasi lingkungan menjadi bagian penting dalam
meningkatkan kesejahteraan.
2.2. Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Kesehatan
Tanda-tanda kebesaran Allah
Artinya :
65. Katakanlah: " Dialah yang berkuasa untuk
mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu[482]
atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan)
dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain.
Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih
berganti[483] agar mereka memahami(nya)."
(QS. Al-An’am : 65)
Maksud dari Quran Surah di atas menjelaskan bahwa
tanda-tanda kebesaran Allah dapat berwujud apapun. Disini dalam konsteks
sanitasi lingkungan dampak buruk itu terutama berhubungan dengan masalah
kesehatan baik berupa penyakit, ataupun sebagainya. Maka lingkungan itu perlu
dijaga karena dapat menimbulkan penyakit karena tanda-tanda kekuasaan Allah
tidak hanya berupa nikmat saja melainkan juga azab dalam hal ini penyakit.
Kesehatan
masyarakat sangat dipengaruhi lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku,
keturunan. Lingkungan yang tidak sehat atau sanitasinya tidak terjaga dapat
menimbulkan masalah kesehatan. Begitu pula dengan pelayanan kesehatan yang
minim atau sulit dijangkau dapat membuat penduduk yang sakit tidak dapat
diobati secara cepat dan dapat menularkan penyakitnya pada yang lain. Perilaku
hidup yang tidak sehat seperti membuang sampah sembarangan, tidak mencuci
tangan sebelum atau sesudah makan, buang air besar atau kecil dimana saja,
mencuci atau mandi dengan air yang kotor merupakan perilaku yang dapat
mengundang berjangkitnya berbagai jenis penyakit. Akhirnya, kesehatan masyarakat
juga dipengaruhi oleh faktor keturunan karena sebagian dari penyakit diturunkan
dari orang tuanya.
Lingkungan
dapat berperan menjadi penyebab langsung, sebagai faktor yang berpengaruh dalam
menunjang terjangkitnya penyakit, sebagai medium transmisi penyakit dan sebagai
faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit. Udara yang tercemar secara
langsung dapat mengganggu sistem pernapasan, air minum yang tidak bersih secara
langsung dapat membuat sakit perut, dan lain-lain. Udara yang lembap dapat
berpengaruh dalam menunjang terjangkitnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri
atau virus. Air dan udara dapat pula menjadi medium perpindahan penyakit dan
menjadi faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit.
Berdasarkan
hal tersebut, faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan penduduk.
Limbah cair dan padat dari hasil aktivitas manusia serta limbah dari tubuh
manusia (kotoran dan air seni) yang dibuang ke lingkungan dapat mempengaruhi
kesehatan manusia melalui beberapa jalur, yaitu:
a)
Melalui air minum yang terkena limbah.
b)
Masuk dalam rantai makanan seperti
melalui buah-buahan, sayuran, dan ikan.
c)
Mandi, rekreasi dan kontak lainnya
dengan air yang tercemar
d)
Limbah menjadi tempat berkembangbiak lalat dan serangga yang
dapatmenyebarkan penyakit.
2.3. Permasalahan Akibat Sanitasi
Yang Buruk di Lingkungan
Lingkungan
yang tidak sehat akibat limbah yang dibuang ke lingkungan pada akhirnya akan
menimbulkan berbagai jenis penyakit. Berjangkitnya berbagai Limbah berupa
kotoran manusia yang dibuang ke lingkungan dapat menimbulkan berbagai penyakit
seperti kolera, tipus, infeksi hati, polio, dan lain-lain.
Sanitasi
yang buruk memungkinkan berbagai penyakit menular terus menyebar. Diantara
penyakit manusia yang disebabkan oleh parasit schistosomiasis menempati peringkat
kedua setelah malaria. Penyakit tersebut bersifat endemik di 74 negara
berkembang dan menginfeksi 200 juta penduduk dan 20 juta diantaranya sangat
menderita sebagai akibat dari penyakit tersebut.
Ascariasis
ditemukan di berbagai belahan dunia. Penularan dengan frekuensi kejadian
tertinggi terjadi di negara-negara tropis dan subtropis serta di wilayah yang
sanitasinya buruk. Ascariasis merupakan salah satu penyakit parasit yang paling
umum dijumpai. Penyakit lainnya adalah infeksi oleh trachoma yang menyebabkan
kebutaan. Trakhoma sangat terkait dengan sanitasi yang buruk. Trakhoma
disebarkan oleh kombinasi dari:
a) Sanitasi
yang buruk, yang memberikan kesempatan bagi lalat untuk berkembangbiak.
b) Kesehatan
yang buruk akibat kelangkaan air dan kualitas air yang rendah.
c) Rendahnya
pendidikan dan pemahaman tentang mudahnya penularan berbagai penyakit di rumah
dan antar manusia.
Komponen
lingkungan yang berpotensi besar menjadi penyebab berbagai jenis penyakit
adalah air. Tidak cukupnya jumlah air dan kualitasnya menyebabkan jutaan orang
miskin meninggal setiap tahunnya. Air dapat berkaitan dengan kesehatan melalui
berbagai cara berikut ini.
a) Air
yang tercemar dan dikonsumsi oleh manusia dapat mengakibatkan penyakit yang
bersumber dari air seperti hepatitis, tipes, kolera, disentri dan penyakit
lainnya yang menyebabkan diare.
b) Tanpa air yang cukup,
maka infeksi mata dan kulit dapat menyebar dengan mudah.
c) Air
menjadi habitat bagi nyamuk dan parasit yang dapat menyebabkan malaria, schistomsomiasi
dan lain-lain. .
Ancaman
terhadap kesehatan manusia dan kerusakan lingkungan tidak hanya melalui air dan
kotoran manusia, tetapi juga melalui besi, material organik dan anorganik.
Ketika limbah industri dibuang ke lingkungan, khususnya ke sungai selama
bertahun- tahun, maka air sungai akan tercemar oleh limbah industri. Padahal
sebagian penduduk memanfaatkan air sungai tersebut untuk keperluan mandi, cuci
dan kakus. Bahkan, sebagian diantaranya masih memanfaatkannya untuk air minum.
Akibatnya, muncul berbagai penyakit seperti liver, kanker, dan lain-lain.
Limbah juga bisa menimbulkan eutrofikasi (pengkayaan nutrien), sehingga
lingkungan perairan terlalu subur untuk tumbuhnya berbagai jenis alga dan
munculnya bakteri yang dapat menimbulkan iritasi kulit dan kerusakan hati.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembangunan Rumah Sehat dalam
Peningkatan Sanitasi Lingkungan
Rumah memiliki fungsi beragam, selain sebagai tempat berlindung
dari panasnya sinar matahari dan hujan,
rumah juga menjadi tempat untuk melakukan sosialisasi antarpenghuninya. Rumah
menjadi tempat bagi orang tua untuk membesarkan dan mendidik anaknya, saling
berbagi antarsesama anggota keluarga, dan menjadi tempat yang nyaman untuk
beristirahat dari kesibukan kerja. Sebagian waktu manusia dihabiskan di rumah.
Karena itu, kondisi rumah dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan mental
penghuninya. Rumah yang sehat akan memberikan kesehatan penghuninya. Selain
sehat rumah juga harus aman dan perlu pula memperhatikan estetika agar dapat
memberikan ketenangan dan kenyamanan.
3.1.1 Pengertian Rumah Sehat
Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan
perumahan sehingga memungkinkan penghuni
atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Masalah perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintahan tentang
perumahan dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l yang berbunyi “Setiap
warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki
rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman , serasi, dan teratur”
3.1.2 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun Rumah
Sehat
Adapun
faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangunan suatu rumah sehat yaitu
:
a)
Kebijaksanaan pemerintah tentang perumahan yang
menyangkut tata guna tanah, program perumahan yang dimiliki dan lain
sebagainya.
b) Status
sosial ekonomi masyarakat, ditandai dengan pendapatan masyarakat, tersedianya
bahan bangunan yang dapat dimanfaatkan masyarakat dan atau dibeli dan lain
sebagainya. Jelaslah bahwa suatu masyarakat yang lebih makmur, secara relative
akan mempunyai perumahan yang lebih baik, dibandingkan dengan masyarakat yang
miskin.
c)
Faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada, baik
lingkunagn fisik, biologis ataupun sosial. Suatu daerah dengan lingkungan fisik
berupa pegunungan, tentu saja perumahannya berbeda dengan perumahan di daerah
pantai, demikian pula perumahan di daerah beriklim panas, berbeda dengan
perumahan di daerah beriklim dingin. Selanjutnya masyarakat yang tinggal di
daerah lingkungan biologis yang banyak hewan buasnya tentu saja memiliki bentuk
rumah yang lebih terlindung, dibanding dengan perumahan yang terletak di
lingkungan biologis yang tidak ada hewan buasnya. Demikian pula lingkungan
sosial, seperti adat istiadat, kepercayaan dan lain sebagainya banyak memberikan
pengaruh pada bentuk rumah yang didirikan.
d) Kemajuan
teknologi yang dimiliki, terutama teknologi pembangunan. Untuk ini telah sama
bahwa masyarakat yang telah maju teknologinya, mampu membangun perumahan yang
lebih komplek dibandingkan dengan masyakat yang masih sederhana.
e)
Kebudayaan, di Indonesia yang terdiri dari berbagai
suku bangsa dan beraneka ragam kebudayaan, sehingga corak model rumah dari tiap
daerah berbeda sesuai dengan adat-istiadatnya.
3.1.3 Syarat-syarat Rumah yang Sehat
a. Bahan bangunan
Bahan bangunan tidak selalu harus mahal untuk memenuhi persyaratan
kesehatan. Bahkan, di daerah pedesaan banyak alternatif bahan bangunan yang
murah seperti bambu dan kayu lokal.
1. lantai
Lantai sebaiknya dari ubin, keramik atau semen agar tidak lembap dan
tidak menimbulkan genangan atau kebecekan serta debu dibandingkan jika
berlantaikan tanah. Walaupun demikian, karena bahan-bahan tersebut cukup mahal
bagi keluarga kurang mampu, maka sebaiknya dibuat rumah panggung yang lantainya
dari bambu atau papan agar tidak bersentuhan langsung dengan tanah.
2. Dinding
Dinding rumah sebaiknya dibuat dari tembok, tetapi dengan
ventilasi yang cukup. Sebenarnya di daerah tropis yang lebih cocok adalah dari
bambu atau papan agar lubang-lubang pada dinding atau papan dapat berfungsi
sebagai ventilasi
3. Atap Genteng
Atap genteng banyak dipakai oleh penduduk Indonesia, khususnya di
Pulau Jawa. Di samping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat
terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri.
Namun demikian, ada penduduk yang tidak mampu untuk membelinya, sehingga dapat
diganti dengan atap daun rumbai atau daun kelapa dengan resiko lebih mudah
terbakar. Sejumlah wilayah di Indonesia, atap seng biasa dipakai seperti di
Padang, Aceh dan lain-lain. Atap tersebut sebenarnya kurang cocok dipakai di
daerah tropis karena dapat menimbulkan
suhu panas di dalam rumah.
4. Lain-lain (tiang, kaso, dan reng)
Rumah di Indonesia, terutama di pedesaan masih banyak yang
menggunakan tiang dari bahan kayu. Bambu banyak dimanfaatkan untuk kaso, dan
reng. Bahan-bahan tersebut terbukti tahan lama. Namun demikian, keduanya dapat
dijadikan sarang tikus yang bisa menjadi vektor pembawa penyakit. Karena itu,
bambu harus diperhatikan cara memotongnya, yaitu menurut ruas-ruas bambu atau
di ujung bambu ditutup dengan kayu.
b. Ventilasi
Rumah yang sehat harus memungkinkan pertukaran udara dengan luar
rumah. Karena itu, rumah harus dilengkapi dengan ventilasi yang cukup. Ada dua
macam ventilasi yaitu:
a)
Ventilasi alamiah, yaitu
ventilasi yang dibuat dalam bentuk lubang udara yang memungkinkan udara keluar
atau masuk secara alamiah. Ventilasi jenis ini memiliki keuntungan yaitu tanpa
menggunakan alat untuk mengalirkan udara, sehingga bisa menghemat penggunaan
energi. Namun, ventilasi alamiah ini merupakan jalan masuk nyamuk dan serangga
lainnya ke dalam rumah. Untuk itu, sebaiknya ditutup dengan ram kawat yang agak
rapat.
b)
Ventilasi buatan, yaitu
alat-alat khusus untuk mengalirkan udara, misalnya kipas angin, dan mesin
penghisap udara. Selain tidak hemat energi, ventilasi jenis ini harus dijaga
agar udara tidak berhenti atau membalik lagi.
Ventilasi menjadi persyaratan mutlak suatu rumah yang sehat karena
fungsinya yang sangat penting. Pertama, untuk menjaga agar aliran udara di
dalam rumah tersebut tetap segar. Jika ventilasi kurang, maka ruangan mengalami
kekurangan O2 dan bersamaan dengan itu kadar CO2 yang bersifat racun meningkat.
Kedua, aliran udara yang terus menerus dapat membebaskan udara dalam ruangan
dari bakteri-bakteri patogen. Tidak cukupnya ventilasi juga mengakibatkan
kelembapan udara dalam ruangan meningkat. Udara yang lembap menjadi media yang
sangat baik bagi berkembangnya bakteri-bakteri patogen (bakteri penyebab
penyakit). Ketiga, menjaga agar ruangan tetap memiliki kelembapan yang optimum.
c. Cahaya
Rumah yang dibangun harus dirancang agar cahaya dapat masuk ke
dalam rumah dalam jumlah yang cukup. Artinya, cahaya yang masuk tidak kurang
dan tidak lebih. Rumah dan tidak terlalu banyak. Jika ruangan dalam rumah
kurang cahaya, maka udara dalam ruangan akan menjadi media atau tempat yang
baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya, jika
terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan silau dan dapat merusak
mata. Cahaya yang lebih atau kurang tentunya juga akan mengurangi kenyamanan.
Cahaya dalam ruangan dapat bersumber dari:
1)
Cahaya alamiah, yaitu cahaya
matahari. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri
patogen di dalam rumah. Karena itu, diupayakan agar setiap ruangan dalam rumah
dapat memperoleh cahaya matahari yang cukup. Jendela dibuat dengan luas minimal
15 -20 % dari luas lantai. Posisi jendela berada di tengah-tengah tinggi
dinding dan tidak boleh terhalang oleh bangunan lain.
2)
Cahaya buatan, yaitu cahaya yang
bersumber bukan dari cahaya matahari, misalnya lampu, lilin, dan lain-lain.
Cahaya dari sumber tidak alamiah ini diupayakan cukup terang, terutama untuk
keperluan membaca agar mata kita tidak rusak.
d. Luas bangunan rumah
Rumah yang sehat juga harus memperhatikan kepadatan penghuninya.
Selain tidak nyaman, rumah yang jumlah penghuninya tidak sebanding dengan luas
rumah juga tidak sehat, baik secara fisik maupun sosial. Setiap orang yang
tinggal dalam rumah membutuhkan O2 yang cukup. Jika penghuni terlalu banyak,
maka kebutuhan O2 tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan setiap penghuni
secara sehat. Selain itu, rumah yang terlalu padat (overcrowded) lebih
memungkinkan terjadinya penularan berbagai jenis penyakit. Karena itu, luas
bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk tiap
orang.
e. Fasilitas-fasilitas di
dalam rumah sehat
Sebuah rumah harus mempunyai fasilitas-fasilitas yang dapat
mendukung kebutuhan dan aktivitas penghuninya. Kebutuhan tersebut adalah
kebutuhan akan air bersih dan tempat pembuangan.
1. Penyediaan air bersih yang cukup
Air merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, baik untuk
minum, mandi maupun mencuci. Rumah yang sehat harus didukung oleh ketersediaan
air bersih yang dalam jumlah yang cukup. Air yang tidak bersih dapat
menimbulkan berbagai penyakit karena dapat menjadi tempah tumbuh berkembangnya
bakteri.
2.
Pembuangan Tinja
Setiap rumah sebaiknya memiliki pembuangan tinja
masing-masing.Tempat pembuangan tinja yang dipakai secara bersama-sama oleh banyak
keluarga dapat menimbulkan penularan berbagai penyakit. Tempat pembuangan tinja
dibuat dari bahan yang mudah meloloskan tinja dan harus selalu bersih atau
terawat.
3. Pembuangan air limbah (air bekas)
Setiap penghuni pasti menggunakan air untuk berbagai keperluannya.
Sebagian akan menjadi air limbah yang dibuang ke lingkungan. Pembuangan air
limbah menjadi sangat penting, bukan hanya karena alasan bau dan pemandangan
yang tidak sedap, tetapi karena air limbah sangat berbahaya bagi kesehatan.
Karena itu, air limbah diupayakan dibuang pada saluran dan tempat pembuangan
yang tertutup.
4. Pembuangan sampah
Seperti halnya air limbah, pembuangan sampah menjadi penting untuk
diperhatikan karena alasan kesehatan, kenyamanan dan estetika. Tempat
pembuangan sampah diupayakan agar tersedia dalam jumlah yang cukup dan mudah
dijangkau serta tertutup agar tidak menjadi tempat berkembangnya berbagai
penyebab penyakit
5.
Fasilitas dapur dan ruang
keluarga
Dapur dalam rumah merupakan fasilitas penting dan perlu diperhatikan pemeliharaanya. Biasanya sampah
dan sisa-sisa makanan berada di dapur. Kondisi ini mengundang berbagai binatang
yang dapat menjadi vektor berbagai jenis penyakit seperti tikus dan kecoa.
Tempat memasak atau dapur yang bergabung dengan ruangan lainnya sangat tidak
sehat karena asap dan limbah lainnya akan langsung mempengaruhi kesehatan dan
kenyamanan penghuninya.
6. Sistem Pembuangan
Air limbah adalah air kombinasi dari cairan dan sampah cair yang
berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri,
bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada
(Haryoto Kusnoputranto, 1985). Air limbah tersebut harus terlebih dahulu diolah
sebelum dibuang ke lingkungan. Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk
melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Dalam
batas tertentu sebenarnya lingkungan mampu menetralisir limbah atau melakukan
pemurnian kembali. Namun, jika limbah yang dibuang ke lingkungan jumlahnya
besar dan mengandung bahan-bahan pencemar berbahaya dan beracun, maka
lingkungan tidak akan mampu untuk melakukan pemurnian kembali (self
purification) Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain
sebagai berikut :
a) Pengenceran (dilution)
Cara ini dilakukan dengan mengurangi kekentalan air limbah dengan
menambah air pada air limbah tersebut. Setelah encer, air limbah kemudian di
buang ke badan-badan air seperti sungai, danau dan lain-lain. Cara ini ternyata
memiliki beberapa kelemahan seperti jumlah air limbah yang terlalu banyak membutuhkan
air yang juga banyak dan masih terdapatnya bahan-bahan pencemar yang dapat
mencemari lingkungan.
b) Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)
Cara ini dilakukan dengan mengalirkan limbah cair ke dalam kolam
oksidasi berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1 – 2 meter. Pembersihan
limbah memanfaatkan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen.
Kolam oksidasi ditempatkan jauh dari permukiman dan terbuka agar memungkinkan
sirkulasi angin.
c) Irigasi
Air limbah dari rumah tangga, rumah potong hewan, perusahaan susu
sapi dan lain-lain yang kandungan organik dan proteinnya cukup tinggi dapat
dibuang dengan cara irigasi. Cara ini dilakukan dengan membuang limbah ke
parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk kedalam tanah
melalui dasar dan dinding parit tersebut. Air limbah seperti ini dapat
digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus
berfungsi untuk pemupukan.
f. Halaman rumah
Halaman rumah, selain ditata secara estetis, juga perlu
memperhatikan persyaratan kesehatan. Halaman rumah yang tidak sehat dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah:
1)
Halaman
rumah harus selalu kering dan rata, artinya mempunyai pengaliran air (drainage) yang baik.
2)
Halaman
rumah harus dilakukan perkerasan dengan baik, tidak berdebu (musim kemarau), dan tidak becek (musim hujan). Perkerasan halaman harus
tetap ramah lingkungan artinya dapat dibuat sumur resapan, tanam, dan dapat
meresapkan air hujan.
3)
Halaman
ditanami rumput yang selalu dipotong pendek dan sebagian ditanami pohon rindang (jangan pohon kelapa dan durian yang buahnya dapat
jatuh menimpa kepala orang)
4)
Adanya
pagar rumah dari tembok atau tumbuh-tumbuhan (jangan kawat berduri) untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
5)
Jika
halaman cukup luas, bagian halaman yang terletak di belakang rumah disediakan untuk apotik hidup dengan tanaman obat-obatan .
6)
Halaman rumah terlihat
bersih dari segala macam jenis sampah.
3.2 Upaya Menciptakan Sanitasi Lingkungan yang baik
Penciptaan manusia dan penguasaannya di bumi
Artinya :
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah : 30)
Maksud dari Quran Surah adalah manusia sebagai
khalifah di muka bumi ini harus dapat menjamin kelestarian alam dan memelihara
konservasinya sehingga disini memerlukan upaya dalam kelangsungan hidupnya
kegeneasi dalam konteks ini masalah yang dikaji sanitasi perlu diperhatikan
agar tidak menghambat kelangsungan hidup manusia itu sendiri.
Pengaruh
buruk dari lingkungan sebenarnya dapat dicegah dengan mengembangkan kebiasaan
hidup sehat dan menciptakan sanitasi lingkungan yang baik. Kebiasaan hidup
sehat dilakukan dalam berbagai cara seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan rumah dan halaman secara
rutin, membersihkan kamar mandi dan bak mandi secara rutin dan lain-lain.
Kebiasaan tersebut dapat memutus siklus perkembang-biakan berbagai jenis organisma
pembawa penyakit. Gambaran tentang aktivitas-aktivitas untuk menciptakan
sanitasi lingkungan yang baik adalah:
1. Mengembangkan
kebiasaan atau perilaku hidup sehat
Terjangkitnya
penyakit seperti diare diakibatkan oleh kebiasaan hidup yang tidak sehat.
Kebiasaan yang dimaksud adalah tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
buang air besar atau kecil sembarangan, minum air yang belum dimasak secara
benar dan lain-lain.
2. Membersihkan ruangan
dan halaman rumah secara rutin
Ruangan
dalam rumah dapat menimbulkan berbagai penyakit jika tidak secara rutin
dibersihkan. Perlengkapan rumah seperti karpet dan kursi berpotensi menjadi
tempat mengendapnya debu. Debu yang mengendap dan kemudian beterbangan di dalam
ruangan dapat menimbulkan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
3. Membersihkan kamar
mandi dan toilet
Kamar
mandi dan toilet merupakan bagian dari rumah yang paling kondusif untuk
dijadikan tempat perkembangbiakan berbagai jenis organisma penyebab dan pembawa
penyakit. Lantai kamar mandi yang senantiasa lembap atau bahkan basah merupakan
tempat yang cocok bagi berkembangnya bakteri atau mikroorganisma penyebab
berbagai penyakit. Karena itu, kamar mandi dan toilet harus lebih sering
dibersihkan dibanding ruangan lainnya.
4. Menguras, menutup
dan menimbun (3M)
Bak
atau tempat penampungan air dapat menjadi tempat yang sangat baik bagi
perkembangbiakan nyamuk. Karena itu, bak dan tempat penampungan air harus
dibersihkan dan dikuras secara rutin minimal satu minggu sekali. Tempat
penampungan air diupayakan selalu tertutup. Menutup tempat penyimpanan air
dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk. Menutup tempat penampungan air juga
mencegah masuknya organisma lainnya yang dapat menimbulkan penyakit seperti
tikus dan kecoa. Aktivitas menimbun dilakukan agar barang-barang di lingkungan
tidak dijadikan sarang atau tempat perkembangbiakan organisma yang merugikan
kesehatan. Kaleng, ban bekas, plastik dan lain-lain sebaiknya ditimbun jika
tidak akan dipakai lagi.
5. Tidak membiarkan
adanya air yang tergenang
Genangan
air seringkali dianggap tidak membahayakan. Padahal, genangan air yang
dibiarkan lama, terutama pada musim hujan dapat menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk. Karena itu, barang-barang bekas yang sedianya dapat menampung air
seperti botol, kaleng, ban bekas sebaiknya dikubur atau dihancurkan.
6.
Membersihkan saluran pembuangan air
Air
bekas mencuci, mandi, masak, dan air dari kakus akan masuk ke salauran
pembuangan. Saluran tersebut biasanya terbuka dan air yang mengalir sangat
kotor dari limbah cair maupun sampah. Jika dibiarkan, tempat tersebut menjadi
sumber berbagai jenis penyakit dari organisma yang hidup di dalamnya. Karena
itu, secara individu maupun bersama-sama dengan warga masyarakat lainnya,
secara rutin saluran tersebut harus dibersihkan.
7. Menggunakan air yang
bersih
Air
menjadi salah satu komponen penting dalam kaitannya dengan kesehatan. Namun,
Sebagian masyarakat kita masih menggunakan air yang tidak bersih untuk
keperluan mencuci dan mandi serta memasak maupun minum. Selain itu, proses
masak yang tidak sempurna juga dapat menyebabkan penyakit. Karena itu, tidak
heran jika banyak penyakit yang muncul karena faktor air.
3.3
Pencegahan dan Penanggulangan Hewan Endemik
Penyakit
endemik adalah adalah penyakit yang muncul di suatu tempat. Munculnya suatu
penyakit akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik dari agen, induk
semang, maupun lingkungan. Munculnya suatu penyakit di suatu tempat (endemik)
bisa saja menular ke daerah lain yang kondisi lingkungannya mendukung untuk tumbuh
dan berkembangnya bibit penyakit. Penyakit menular adalah penyakit yang dapat
ditularkan (berpindah dan orang yang satu ke orang yang lain, baik secara
langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya
(hadirnya) agent atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah.
Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular ini ada 3 yaitu:
a) Eliminasi
reservoir (sumber penyakit). Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber
penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan mengisolasi penderita (pasien),
yaitu menempatkan pasien di tempat yang khusus untuk mengurangi kontak dengan
orang lain.
b) Memutus
mata rantai penularan yaitu meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene
perorangan merupakan usaha yang penting untuk memutuskan hubungan atau mata
rantai penularan penyakit menular.
c) Melindungi
orang-orang (kelompok) yang rentan. Bayi dan anak balita merupakan kelompok
usia yang rentan terhadap penyakit menular. Pada anak usia muda gizi yang
kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak tersebut. Karena itu, meningkatkan
gizi anak merupakan usaha pencegahan penyakit infeksi pada anak.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
4.1.1 Pembangunan Rumah Sehat yaitu
sebagai upaya dalam mewujudkan kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan
perumahan sehingga memungkinkan penghuni
atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
4.1.2
Upaya-upaya dalam menciptakan sanitasi lingkungan yang baik adalah mengembangkan kebiasaan atau perilaku hidup
sehat, membersihkan ruangan dan halaman rumah secara rutin, membersihkan kamar
mandi dan toilet, prinsip menguras, menutup dan menimbun (3M), tidak membiarkan
adanya air yang tergenang, membersihkan saluran pembuangan air dan menggunakan
air yang bersih.
4.1.3 Pencegahan dan penanggulangan hewan
endemik sebagai faktor penyebab penyakit endemik yaitu dengan eliminasi
reservoir (sumber penyakit), memutus mata rantai penularan dan melindungi
orang-orang (kelompok) yang rentan.
4.2
Saran
4.2.1 Sebaiknya masyarakat peduli akan
pentingnya sanitasi dalam rumah karena sanitasi yang buruk dapat menyebabkan
berbagai penyakit yang menunjang tumbunhya mikroba.
4.2.2 Sebaiknya masyarakat mulailah
membenah diri untuk membiasakan perilaku hidup sehat karena inilah kunci utama
dalam menciptakan sanitasi lingkungan yang baik.
Daftar Pustaka
Al-quran
: QS. Al-An’am : 65, QS. Al-Baqarah : 30 dan QS.
Al-Qashas : 77.
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung :
PT.Citra Aditya Bakti.
Mukono, HJ. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya : Airlangga Press
Notoatmojo,
Soekidjo. 2003. Prinsip-prinsip Dasar
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. Ke-2,
Mei.
Jakarta : Rineka Cipta.
Sanghiang. NY. Makalah Rumah Sehat.http://herumayrota.blogspot.com/Sanitasi
Lingkungan/Rumah
sehat.net. diakses tanggal 15 November 2011, 13.00 WIB.
Sukirman.
2009. Sanitasi Lingkungan Kelas X
Semester 1. Jawa Barat : Rumah Jaya.
Tim
Penyusun Buku MKU. 2010. Pendidikan
Lingkungan Hidup. Semarang : UNNES.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar