Foto Animasi

Kamis, 15 Desember 2011


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sanitasi yang memadai merupakan dasar dari pembangunan. Namun, fasilitas sanitasi jauh di bawah kebutuhan penduduk yang terus meningkat jumlahnya. Akibatnya, muncul berbagai jenis penyakit yang salah satu diantaranya adalah penyakit diare. Di dunia, penyakit tersebut telah menimbulkan kematian sekitar 2,2 juta anak per tahun dan menghabiskan banyak dana untuk mengatasinya (UNICEF, 1997). Minimnya sanitasi lingkungan seperti penanganan sampah, air limbah, tinja, saluran pembuangan, dan kesehatan masyarakat, telah menyebabkan terus tingginya kematian bayi dan anak oleh penyakit diare dan berperan penting dalam mengundang munculnya berbagai vektor pembawa penyakit.
Penanganan sanitasi lingkungan oleh pemerintah sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala. Jumlah fasilitas yang ada tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk. Selain itu, masyarakat di banyak wilayah masih mempraktekkan perilaku hidup yang tidak sehat, seperti buang air besar di kebun atau di sungai yang airnya kotor, mencuci di sungai yang airnya kotor, membuang sampah sembarangan dan lain-lain. Karena itu, kalian diharapkan tidak meniru perilaku tersebut dan mampu mengajak rekan dan orang-orang di sekitar untuk mempraktekkan hidup sehat dengan menciptakan sanitasi lingkungan yang baik.

1.2  Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang dapat diambil adalah :
a.       Bagaimana pembangunan rumah sehat dalam peningkatan sanitasi lingkungan? Mengapa hal ini diperlukan!
b.      Bagaimana upaya-upaya yang diperlukan dalam menciptakan sanitasi lingkungan yang baik?
c.       Bagaimana pencegahan dan penanggulangan hewan endemik sebagai faktor penyebab  terjadinya penyakit endemik dalam sanitasi lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia?

1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dai penulisan makalah ini yaitu :
  1.  Mengetahui pembangunan rumah sehat dalam peningkatan sanitasi lingkungan yang berdampak langsung dengan kehidupan manusia.
  2. Memperoleh pemahaman mengenai upaya-upaya yang dapat menciptakan sanitasi lingkungan menjadi baik yang berpengaruh dalam aktivitas manusia.
  3. Mengetahui pencegahan dan penanggulangan hewan endemik sebagai faktor penyebab terjadinya penyakit endemik sebagai upaya sanitasi lingkungan dalam menjaga kesehatan tubuh manusia.

1.4  Manfaat

Adapun manfaat penulisan dari makalah ini bermaksud untuk memberikan pengetahuan tentang konsep sanitasi lingkungan sebagai upaya peningkatan lingkungan menjadi lebih baik dengan pembangunan rumah sehat, upaya penciptaan sanitasi yang baik dan pencegahan dan penanggulangan penyebab penyakit endemik sehingga pembaca dan penulis dapat memahami pentingnya upaya pemeliharaan sanitasi lingkungan yang baik.

<>




 

BAB II
LANDASAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sanitasi Lingkungan
Artinya :
77. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al-Qashas : 77)
Maksud dari qur’an surah diatas bahwa sanitasi lingkungan itu penting karena lingkungan alam merupakan nikmat yang diberikan Allah SWT dan manusia sebagai hamba harus menjadi tetap menjaga dan memeliharanya berupa dengan sanitasi yang baik karena Allah SWT menyukai perbuatan hal itu. 
Pengertian sanitasi adalah sesuatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Azwar,1990).
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003). Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup: (1) pasokan air yang bersih dan aman; (2) pembuangan limbah dari hewan, manusia dan industri yang efisien; (3) perlindungan makanan dari kontaminasi biologis dan kimia;(4) udara yang bersih dan aman (5) rumah yang bersih dan aman.
Dari definisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka kesejahteraannya juga akan berkurang. Karena itu, upaya sanitasi lingkungan menjadi bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan.

2.2. Hubungan Sanitasi Lingkungan dan Kesehatan
Tanda-tanda kebesaran Allah
Artinya :
65. Katakanlah: " Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu[482] atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti[483] agar mereka memahami(nya)."
(QS. Al-An’am : 65)
Maksud dari Quran Surah di atas menjelaskan bahwa tanda-tanda kebesaran Allah dapat berwujud apapun. Disini dalam konsteks sanitasi lingkungan dampak buruk itu terutama berhubungan dengan masalah kesehatan baik berupa penyakit, ataupun sebagainya. Maka lingkungan itu perlu dijaga karena dapat menimbulkan penyakit karena tanda-tanda kekuasaan Allah tidak hanya berupa nikmat saja melainkan juga azab dalam hal ini penyakit.
Kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku, keturunan. Lingkungan yang tidak sehat atau sanitasinya tidak terjaga dapat menimbulkan masalah kesehatan. Begitu pula dengan pelayanan kesehatan yang minim atau sulit dijangkau dapat membuat penduduk yang sakit tidak dapat diobati secara cepat dan dapat menularkan penyakitnya pada yang lain. Perilaku hidup yang tidak sehat seperti membuang sampah sembarangan, tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah makan, buang air besar atau kecil dimana saja, mencuci atau mandi dengan air yang kotor merupakan perilaku yang dapat mengundang berjangkitnya berbagai jenis penyakit. Akhirnya, kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor keturunan karena sebagian dari penyakit diturunkan dari orang tuanya.
Lingkungan dapat berperan menjadi penyebab langsung, sebagai faktor yang berpengaruh dalam menunjang terjangkitnya penyakit, sebagai medium transmisi penyakit dan sebagai faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit. Udara yang tercemar secara langsung dapat mengganggu sistem pernapasan, air minum yang tidak bersih secara langsung dapat membuat sakit perut, dan lain-lain. Udara yang lembap dapat berpengaruh dalam menunjang terjangkitnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Air dan udara dapat pula menjadi medium perpindahan penyakit dan menjadi faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit.
Berdasarkan hal tersebut, faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan penduduk. Limbah cair dan padat dari hasil aktivitas manusia serta limbah dari tubuh manusia (kotoran dan air seni) yang dibuang ke lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan manusia melalui beberapa jalur, yaitu:
a)      Melalui air minum yang terkena limbah.
b)      Masuk dalam rantai makanan seperti melalui buah-buahan, sayuran, dan ikan.
c)      Mandi, rekreasi dan kontak lainnya dengan air yang tercemar
d)     Limbah menjadi  tempat berkembangbiak lalat dan serangga yang dapatmenyebarkan penyakit.



2.3. Permasalahan Akibat Sanitasi Yang Buruk di Lingkungan
Lingkungan yang tidak sehat akibat limbah yang dibuang ke lingkungan pada akhirnya akan menimbulkan berbagai jenis penyakit. Berjangkitnya berbagai Limbah berupa kotoran manusia yang dibuang ke lingkungan dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kolera, tipus, infeksi hati, polio, dan lain-lain.
Sanitasi yang buruk memungkinkan berbagai penyakit menular terus menyebar. Diantara penyakit manusia yang disebabkan oleh parasit schistosomiasis menempati peringkat kedua setelah malaria. Penyakit tersebut bersifat endemik di 74 negara berkembang dan menginfeksi 200 juta penduduk dan 20 juta diantaranya sangat menderita sebagai akibat dari penyakit tersebut.
Ascariasis ditemukan di berbagai belahan dunia. Penularan dengan frekuensi kejadian tertinggi terjadi di negara-negara tropis dan subtropis serta di wilayah yang sanitasinya buruk. Ascariasis merupakan salah satu penyakit parasit yang paling umum dijumpai. Penyakit lainnya adalah infeksi oleh trachoma yang menyebabkan kebutaan. Trakhoma sangat terkait dengan sanitasi yang buruk. Trakhoma disebarkan oleh kombinasi dari:
a)      Sanitasi yang buruk, yang memberikan kesempatan bagi lalat untuk berkembangbiak.
b)      Kesehatan yang buruk akibat kelangkaan air dan kualitas air yang rendah.
c)      Rendahnya pendidikan dan pemahaman tentang mudahnya penularan berbagai penyakit di rumah dan antar manusia.
Komponen lingkungan yang berpotensi besar menjadi penyebab berbagai jenis penyakit adalah air. Tidak cukupnya jumlah air dan kualitasnya menyebabkan jutaan orang miskin meninggal setiap tahunnya. Air dapat berkaitan dengan kesehatan melalui berbagai cara berikut ini.
a)      Air yang tercemar dan dikonsumsi oleh manusia dapat mengakibatkan penyakit yang bersumber dari air seperti hepatitis, tipes, kolera, disentri dan penyakit lainnya yang menyebabkan diare.
b)      Tanpa air yang cukup, maka infeksi mata dan kulit dapat menyebar dengan mudah.
c)      Air menjadi habitat bagi nyamuk dan parasit yang dapat menyebabkan malaria, schistomsomiasi dan lain-lain. .
Ancaman terhadap kesehatan manusia dan kerusakan lingkungan tidak hanya melalui air dan kotoran manusia, tetapi juga melalui besi, material organik dan anorganik. Ketika limbah industri dibuang ke lingkungan, khususnya ke sungai selama bertahun- tahun, maka air sungai akan tercemar oleh limbah industri. Padahal sebagian penduduk memanfaatkan air sungai tersebut untuk keperluan mandi, cuci dan kakus. Bahkan, sebagian diantaranya masih memanfaatkannya untuk air minum. Akibatnya, muncul berbagai penyakit seperti liver, kanker, dan lain-lain. Limbah juga bisa menimbulkan eutrofikasi (pengkayaan nutrien), sehingga lingkungan perairan terlalu subur untuk tumbuhnya berbagai jenis alga dan munculnya bakteri yang dapat menimbulkan iritasi kulit dan kerusakan hati.














BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembangunan Rumah Sehat dalam Peningkatan Sanitasi Lingkungan
Rumah memiliki fungsi beragam, selain sebagai tempat berlindung dari panasnya  sinar matahari dan hujan, rumah juga menjadi tempat untuk melakukan sosialisasi antarpenghuninya. Rumah menjadi tempat bagi orang tua untuk membesarkan dan mendidik anaknya, saling berbagi antarsesama anggota keluarga, dan menjadi tempat yang nyaman untuk beristirahat dari kesibukan kerja. Sebagian waktu manusia dihabiskan di rumah. Karena itu, kondisi rumah dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan mental penghuninya. Rumah yang sehat akan memberikan kesehatan penghuninya. Selain sehat rumah juga harus aman dan perlu pula memperhatikan estetika agar dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan.

3.1.1 Pengertian Rumah Sehat
Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga  memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Masalah perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintahan tentang perumahan dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l yang berbunyi “Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman , serasi, dan teratur”

3.1.2 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun Rumah Sehat   
Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangunan suatu rumah sehat yaitu :
a)      Kebijaksanaan pemerintah tentang perumahan yang menyangkut tata guna tanah, program perumahan yang dimiliki dan lain sebagainya.     
b)     Status sosial ekonomi masyarakat, ditandai dengan pendapatan masyarakat, tersedianya bahan bangunan yang dapat dimanfaatkan masyarakat dan atau dibeli dan lain sebagainya. Jelaslah bahwa suatu masyarakat yang lebih makmur, secara relative akan mempunyai perumahan yang lebih baik, dibandingkan dengan masyarakat yang miskin.        
c)      Faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada, baik lingkunagn fisik, biologis ataupun sosial. Suatu daerah dengan lingkungan fisik berupa pegunungan, tentu saja perumahannya berbeda dengan perumahan di daerah pantai, demikian pula perumahan di daerah beriklim panas, berbeda dengan perumahan di daerah beriklim dingin. Selanjutnya masyarakat yang tinggal di daerah lingkungan biologis yang banyak hewan buasnya tentu saja memiliki bentuk rumah yang lebih terlindung, dibanding dengan perumahan yang terletak di lingkungan biologis yang tidak ada hewan buasnya. Demikian pula lingkungan sosial, seperti adat istiadat, kepercayaan dan lain sebagainya banyak memberikan pengaruh pada bentuk rumah yang didirikan.
d)     Kemajuan teknologi yang dimiliki, terutama teknologi pembangunan. Untuk ini telah sama bahwa masyarakat yang telah maju teknologinya, mampu membangun perumahan yang lebih komplek dibandingkan dengan masyakat yang masih sederhana.        
e)      Kebudayaan, di Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan beraneka ragam kebudayaan, sehingga corak model rumah dari tiap daerah berbeda sesuai dengan adat-istiadatnya.       

3.1.3 Syarat-syarat Rumah yang Sehat
a. Bahan bangunan
Bahan bangunan tidak selalu harus mahal untuk memenuhi persyaratan kesehatan. Bahkan, di daerah pedesaan banyak alternatif bahan bangunan yang murah seperti bambu dan kayu lokal.
1. lantai
Lantai sebaiknya dari ubin, keramik atau semen agar tidak lembap dan tidak menimbulkan genangan atau kebecekan serta debu dibandingkan jika berlantaikan tanah. Walaupun demikian, karena bahan-bahan tersebut cukup mahal bagi keluarga kurang mampu, maka sebaiknya dibuat rumah panggung yang lantainya dari bambu atau papan agar tidak bersentuhan langsung dengan tanah.
2. Dinding
Dinding rumah sebaiknya dibuat dari tembok, tetapi dengan ventilasi yang cukup. Sebenarnya di daerah tropis yang lebih cocok adalah dari bambu atau papan agar lubang-lubang pada dinding atau papan dapat berfungsi sebagai ventilasi
3. Atap Genteng
Atap genteng banyak dipakai oleh penduduk Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Di samping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, ada penduduk yang tidak mampu untuk membelinya, sehingga dapat diganti dengan atap daun rumbai atau daun kelapa dengan resiko lebih mudah terbakar. Sejumlah wilayah di Indonesia, atap seng biasa dipakai seperti di Padang, Aceh dan lain-lain. Atap tersebut sebenarnya kurang cocok dipakai di daerah tropis karena dapat menimbulkan
suhu panas di dalam rumah.
4. Lain-lain (tiang, kaso, dan reng)
Rumah di Indonesia, terutama di pedesaan masih banyak yang menggunakan tiang dari bahan kayu. Bambu banyak dimanfaatkan untuk kaso, dan reng. Bahan-bahan tersebut terbukti tahan lama. Namun demikian, keduanya dapat dijadikan sarang tikus yang bisa menjadi vektor pembawa penyakit. Karena itu, bambu harus diperhatikan cara memotongnya, yaitu menurut ruas-ruas bambu atau di ujung bambu ditutup dengan kayu.

b. Ventilasi
Rumah yang sehat harus memungkinkan pertukaran udara dengan luar rumah. Karena itu, rumah harus dilengkapi dengan ventilasi yang cukup. Ada dua macam ventilasi yaitu:
a)      Ventilasi alamiah, yaitu ventilasi yang dibuat dalam bentuk lubang udara yang memungkinkan udara keluar atau masuk secara alamiah. Ventilasi jenis ini memiliki keuntungan yaitu tanpa menggunakan alat untuk mengalirkan udara, sehingga bisa menghemat penggunaan energi. Namun, ventilasi alamiah ini merupakan jalan masuk nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu, sebaiknya ditutup dengan ram kawat yang agak rapat.
b)      Ventilasi buatan, yaitu alat-alat khusus untuk mengalirkan udara, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap udara. Selain tidak hemat energi, ventilasi jenis ini harus dijaga agar udara tidak berhenti atau membalik lagi.
Ventilasi menjadi persyaratan mutlak suatu rumah yang sehat karena fungsinya yang sangat penting. Pertama, untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Jika ventilasi kurang, maka ruangan mengalami kekurangan O2 dan bersamaan dengan itu kadar CO2 yang bersifat racun meningkat. Kedua, aliran udara yang terus menerus dapat membebaskan udara dalam ruangan dari bakteri-bakteri patogen. Tidak cukupnya ventilasi juga mengakibatkan kelembapan udara dalam ruangan meningkat. Udara yang lembap menjadi media yang sangat baik bagi berkembangnya bakteri-bakteri patogen (bakteri penyebab penyakit). Ketiga, menjaga agar ruangan tetap memiliki kelembapan yang optimum.

c. Cahaya
Rumah yang dibangun harus dirancang agar cahaya dapat masuk ke dalam rumah dalam jumlah yang cukup. Artinya, cahaya yang masuk tidak kurang dan tidak lebih. Rumah dan tidak terlalu banyak. Jika ruangan dalam rumah kurang cahaya, maka udara dalam ruangan akan menjadi media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya, jika terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan silau dan dapat merusak mata. Cahaya yang lebih atau kurang tentunya juga akan mengurangi kenyamanan. Cahaya dalam ruangan dapat bersumber dari:
1)      Cahaya alamiah, yaitu cahaya matahari. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah. Karena itu, diupayakan agar setiap ruangan dalam rumah dapat memperoleh cahaya matahari yang cukup. Jendela dibuat dengan luas minimal 15 -20 % dari luas lantai. Posisi jendela berada di tengah-tengah tinggi dinding dan tidak boleh terhalang oleh bangunan lain.
2)      Cahaya buatan, yaitu cahaya yang bersumber bukan dari cahaya matahari, misalnya lampu, lilin, dan lain-lain. Cahaya dari sumber tidak alamiah ini diupayakan cukup terang, terutama untuk keperluan membaca agar mata kita tidak rusak.


d. Luas bangunan rumah
Rumah yang sehat juga harus memperhatikan kepadatan penghuninya. Selain tidak nyaman, rumah yang jumlah penghuninya tidak sebanding dengan luas rumah juga tidak sehat, baik secara fisik maupun sosial. Setiap orang yang tinggal dalam rumah membutuhkan O2 yang cukup. Jika penghuni terlalu banyak, maka kebutuhan O2 tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan setiap penghuni secara sehat. Selain itu, rumah yang terlalu padat (overcrowded) lebih memungkinkan terjadinya penularan berbagai jenis penyakit. Karena itu, luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk tiap orang.

e.  Fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehat
Sebuah rumah harus mempunyai fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung kebutuhan dan aktivitas penghuninya. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan akan air bersih dan tempat pembuangan.
1. Penyediaan air bersih yang cukup
Air merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, baik untuk minum, mandi maupun mencuci. Rumah yang sehat harus didukung oleh ketersediaan air bersih yang dalam jumlah yang cukup. Air yang tidak bersih dapat menimbulkan berbagai penyakit karena dapat menjadi tempah tumbuh berkembangnya bakteri.
2.      Pembuangan Tinja
Setiap rumah sebaiknya memiliki pembuangan tinja masing-masing.Tempat pembuangan tinja yang dipakai secara bersama-sama oleh banyak keluarga dapat menimbulkan penularan berbagai penyakit. Tempat pembuangan tinja dibuat dari bahan yang mudah meloloskan tinja dan harus selalu bersih atau terawat.
3. Pembuangan air limbah (air bekas)
Setiap penghuni pasti menggunakan air untuk berbagai keperluannya. Sebagian akan menjadi air limbah yang dibuang ke lingkungan. Pembuangan air limbah menjadi sangat penting, bukan hanya karena alasan bau dan pemandangan yang tidak sedap, tetapi karena air limbah sangat berbahaya bagi kesehatan. Karena itu, air limbah diupayakan dibuang pada saluran dan tempat pembuangan yang tertutup.
4. Pembuangan sampah
Seperti halnya air limbah, pembuangan sampah menjadi penting untuk diperhatikan karena alasan kesehatan, kenyamanan dan estetika. Tempat pembuangan sampah diupayakan agar tersedia dalam jumlah yang cukup dan mudah dijangkau serta tertutup agar tidak menjadi tempat berkembangnya berbagai penyebab penyakit
5.      Fasilitas dapur dan ruang keluarga
Dapur dalam rumah merupakan fasilitas penting dan perlu  diperhatikan pemeliharaanya. Biasanya sampah dan sisa-sisa makanan berada di dapur. Kondisi ini mengundang berbagai binatang yang dapat menjadi vektor berbagai jenis penyakit seperti tikus dan kecoa. Tempat memasak atau dapur yang bergabung dengan ruangan lainnya sangat tidak sehat karena asap dan limbah lainnya akan langsung mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan penghuninya.
6.    Sistem Pembuangan
Air limbah adalah air kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto, 1985). Air limbah tersebut harus terlebih dahulu diolah sebelum dibuang ke lingkungan. Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Dalam batas tertentu sebenarnya lingkungan mampu menetralisir limbah atau melakukan pemurnian kembali. Namun, jika limbah yang dibuang ke lingkungan jumlahnya besar dan mengandung bahan-bahan pencemar berbahaya dan beracun, maka lingkungan tidak akan mampu untuk melakukan pemurnian kembali (self purification) Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut :
a) Pengenceran (dilution)
Cara ini dilakukan dengan mengurangi kekentalan air limbah dengan menambah air pada air limbah tersebut. Setelah encer, air limbah kemudian di buang ke badan-badan air seperti sungai, danau dan lain-lain. Cara ini ternyata memiliki beberapa kelemahan seperti jumlah air limbah yang terlalu banyak membutuhkan air yang juga banyak dan masih terdapatnya bahan-bahan pencemar yang dapat mencemari lingkungan.
b) Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)
Cara ini dilakukan dengan mengalirkan limbah cair ke dalam kolam oksidasi berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1 – 2 meter. Pembersihan limbah memanfaatkan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen. Kolam oksidasi ditempatkan jauh dari permukiman dan terbuka agar memungkinkan sirkulasi angin.
c) Irigasi
Air limbah dari rumah tangga, rumah potong hewan, perusahaan susu sapi dan lain-lain yang kandungan organik dan proteinnya cukup tinggi dapat dibuang dengan cara irigasi. Cara ini dilakukan dengan membuang limbah ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit tersebut. Air limbah seperti ini dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan.

f. Halaman rumah
Halaman rumah, selain ditata secara estetis, juga perlu memperhatikan persyaratan kesehatan. Halaman rumah yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
1)      Halaman rumah harus selalu kering dan rata, artinya mempunyai pengaliran air (drainage) yang baik.
2)      Halaman rumah harus dilakukan perkerasan dengan baik, tidak berdebu (musim kemarau), dan tidak becek (musim hujan). Perkerasan halaman harus tetap ramah lingkungan artinya dapat dibuat sumur resapan, tanam, dan dapat meresapkan air hujan.
3)      Halaman ditanami rumput yang selalu dipotong pendek dan sebagian ditanami pohon rindang (jangan pohon kelapa dan durian yang buahnya dapat jatuh menimpa kepala orang)
4)      Adanya pagar rumah dari tembok atau tumbuh-tumbuhan (jangan kawat berduri) untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
5)      Jika halaman cukup luas, bagian halaman yang terletak di belakang rumah disediakan untuk apotik hidup dengan tanaman obat-obatan .
6)      Halaman rumah terlihat bersih dari segala macam jenis sampah.
3.2 Upaya Menciptakan Sanitasi Lingkungan yang baik
Penciptaan manusia dan penguasaannya di bumi
Artinya :
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."  (QS. Al-Baqarah : 30)
Maksud dari Quran Surah adalah manusia sebagai khalifah di muka bumi ini harus dapat menjamin kelestarian alam dan memelihara konservasinya sehingga disini memerlukan upaya dalam kelangsungan hidupnya kegeneasi dalam konteks ini masalah yang dikaji sanitasi perlu diperhatikan agar tidak menghambat kelangsungan hidup manusia itu sendiri.
Pengaruh buruk dari lingkungan sebenarnya dapat dicegah dengan mengembangkan kebiasaan hidup sehat dan menciptakan sanitasi lingkungan yang baik. Kebiasaan hidup sehat dilakukan dalam berbagai cara seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan rumah dan halaman secara rutin, membersihkan kamar mandi dan bak mandi secara rutin dan lain-lain. Kebiasaan tersebut dapat memutus siklus perkembang-biakan berbagai jenis organisma pembawa penyakit. Gambaran tentang aktivitas-aktivitas untuk menciptakan sanitasi lingkungan yang baik adalah:
1. Mengembangkan kebiasaan atau perilaku hidup sehat
Terjangkitnya penyakit seperti diare diakibatkan oleh kebiasaan hidup yang tidak sehat. Kebiasaan yang dimaksud adalah tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, buang air besar atau kecil sembarangan, minum air yang belum dimasak secara benar dan lain-lain.
2. Membersihkan ruangan dan halaman rumah secara rutin
Ruangan dalam rumah dapat menimbulkan berbagai penyakit jika tidak secara rutin dibersihkan. Perlengkapan rumah seperti karpet dan kursi berpotensi menjadi tempat mengendapnya debu. Debu yang mengendap dan kemudian beterbangan di dalam ruangan dapat menimbulkan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
3. Membersihkan kamar mandi dan toilet
Kamar mandi dan toilet merupakan bagian dari rumah yang paling kondusif untuk dijadikan tempat perkembangbiakan berbagai jenis organisma penyebab dan pembawa penyakit. Lantai kamar mandi yang senantiasa lembap atau bahkan basah merupakan tempat yang cocok bagi berkembangnya bakteri atau mikroorganisma penyebab berbagai penyakit. Karena itu, kamar mandi dan toilet harus lebih sering dibersihkan dibanding ruangan lainnya.
4. Menguras, menutup dan menimbun (3M)
Bak atau tempat penampungan air dapat menjadi tempat yang sangat baik bagi perkembangbiakan nyamuk. Karena itu, bak dan tempat penampungan air harus dibersihkan dan dikuras secara rutin minimal satu minggu sekali. Tempat penampungan air diupayakan selalu tertutup. Menutup tempat penyimpanan air dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk. Menutup tempat penampungan air juga mencegah masuknya organisma lainnya yang dapat menimbulkan penyakit seperti tikus dan kecoa. Aktivitas menimbun dilakukan agar barang-barang di lingkungan tidak dijadikan sarang atau tempat perkembangbiakan organisma yang merugikan kesehatan. Kaleng, ban bekas, plastik dan lain-lain sebaiknya ditimbun jika tidak akan dipakai lagi.
5. Tidak membiarkan adanya air yang tergenang
Genangan air seringkali dianggap tidak membahayakan. Padahal, genangan air yang dibiarkan lama, terutama pada musim hujan dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Karena itu, barang-barang bekas yang sedianya dapat menampung air seperti botol, kaleng, ban bekas sebaiknya dikubur atau dihancurkan.
6. Membersihkan saluran pembuangan air                                                        
Air bekas mencuci, mandi, masak, dan air dari kakus akan masuk ke salauran pembuangan. Saluran tersebut biasanya terbuka dan air yang mengalir sangat kotor dari limbah cair maupun sampah. Jika dibiarkan, tempat tersebut menjadi sumber berbagai jenis penyakit dari organisma yang hidup di dalamnya. Karena itu, secara individu maupun bersama-sama dengan warga masyarakat lainnya, secara rutin saluran tersebut harus dibersihkan.
7. Menggunakan air yang bersih
Air menjadi salah satu komponen penting dalam kaitannya dengan kesehatan. Namun, Sebagian masyarakat kita masih menggunakan air yang tidak bersih untuk keperluan mencuci dan mandi serta memasak maupun minum. Selain itu, proses masak yang tidak sempurna juga dapat menyebabkan penyakit. Karena itu, tidak heran jika banyak penyakit yang muncul karena faktor air.

3.3 Pencegahan dan Penanggulangan Hewan Endemik
Penyakit endemik adalah adalah penyakit yang muncul di suatu tempat. Munculnya suatu penyakit akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik dari agen, induk semang, maupun lingkungan. Munculnya suatu penyakit di suatu tempat (endemik) bisa saja menular ke daerah lain yang kondisi lingkungannya mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya bibit penyakit. Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dan orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya (hadirnya) agent atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah. Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular ini ada 3 yaitu:
a)      Eliminasi reservoir (sumber penyakit). Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di tempat yang khusus untuk mengurangi kontak dengan orang lain.

b)      Memutus mata rantai penularan yaitu meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan merupakan usaha yang penting untuk memutuskan hubungan atau mata rantai penularan penyakit menular.
c)      Melindungi orang-orang (kelompok) yang rentan. Bayi dan anak balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit menular. Pada anak usia muda gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak tersebut. Karena itu, meningkatkan gizi anak merupakan usaha pencegahan penyakit infeksi pada anak.


















BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
4.1.1 Pembangunan Rumah Sehat yaitu sebagai upaya dalam mewujudkan kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga  memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
4.1.2 Upaya-upaya dalam menciptakan sanitasi lingkungan yang baik adalah mengembangkan kebiasaan atau perilaku hidup sehat, membersihkan ruangan dan halaman rumah secara rutin, membersihkan kamar mandi dan toilet, prinsip menguras, menutup dan menimbun (3M), tidak membiarkan adanya air yang tergenang, membersihkan saluran pembuangan air dan menggunakan air yang bersih.
4.1.3 Pencegahan dan penanggulangan hewan endemik sebagai faktor penyebab penyakit endemik yaitu dengan eliminasi reservoir (sumber penyakit), memutus mata rantai penularan dan melindungi orang-orang (kelompok) yang rentan.

4.2 Saran
4.2.1 Sebaiknya masyarakat peduli akan pentingnya sanitasi dalam rumah karena sanitasi yang buruk dapat menyebabkan berbagai penyakit yang menunjang tumbunhya mikroba.
4.2.2 Sebaiknya masyarakat mulailah membenah diri untuk membiasakan perilaku hidup sehat karena inilah kunci utama dalam menciptakan sanitasi lingkungan yang baik.



Daftar Pustaka

Al-quran : QS. Al-An’am : 65, QS. Al-Baqarah : 30 dan QS. Al-Qashas : 77.
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti.
Mukono, HJ. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya : Airlangga Press
Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. Ke-2,
Mei. Jakarta : Rineka Cipta.
Sanghiang. NY. Makalah Rumah Sehat.http://herumayrota.blogspot.com/Sanitasi
Lingkungan/Rumah sehat.net. diakses tanggal 15 November 2011, 13.00 WIB.
Sukirman. 2009. Sanitasi Lingkungan Kelas X Semester 1. Jawa Barat : Rumah Jaya.
Tim Penyusun Buku MKU. 2010. Pendidikan Lingkungan Hidup. Semarang : UNNES.